Anggapan Mohtar Adam Halsel Terpuruk Diluruskan Nurdin I Muhammad

  • Whatsapp
Nurdin I Muhammad, Dosen FAkultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair

TERNATE,HR––Nurdin I Muhammad, Dosen FAkultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair, meluruskan klaim Halmahera Selatan (Halsel) terpuruk dalam Anggapan Mohtar Adam.

“Saya dalam posisi hanya meluruskan anggapan yang berkembang. Karena anggapan Pak Mohtar Adam Halsel terpuruk terlalu berlebihan,”ujar Nurdin I Muhammad, Dosen FAkultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair, dalam relis yang diterima redaksi halmaheraraya.id, Kamis (03/03/2022).

Menurutnya, klaim Halsel terpuruk terlalu berlebihan, mestinya sandaran riset yang lebih akademik bisa dijadikan argumen dasar untuk menilai pencapaian pembangunan di Halsel.

“Rasanya terlalu dini berkesimpulan dengan hanya melihat 1 tahun usia kepemimpinan, secara objektif kita mesti memberi kesempatan kepada pemerintah Halsel saat ini untuk bekerja, membenahi kebijakan dan program yang mereka lakukan untuk melakukan percepatan pembangunan daerahnya,”kata Nurdin.

Nurdin menjelaskan, setiap daerah memiliki problematika pembangunan sosial ekonomi yang relatif kompleks, karena memiliki perbedaan-perbedaan geografis/rentang kendali, size of population. Keterbatasan fiskal dan aspek kelembagaan, serta kebijakan pemerintah pusat yang berubah-ubah sangat berdampak pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan lebih inklusif, berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran itu sangat diharapkan dapat dicapai semua daerah.

Dikatakannya, apabila mengacu pada publikasi statistik yang ada, secara makro pencapaian pertumbuhan ekonomi Halsel sangat menjanjikan, angka pertumbuhan ekonomi Halsel mencapai dua digit (16,22%) dan secara rata-rata tertinggi kedua setelah Halteng (26,34).

Dia mengaku, dari sisi produksi di Halsel share (kontribusi) sektor industri pengolahan (33,79%) masih dominan diikuti sektor industri pertanian (20,24 %) dan sektor pertambangan (13,42). Walaupun itu kata Dino begitu dia disapa, perlu riset mendalam terkait fenomena ini,dimana perlu pendalaman seperti apa dampak keberadaan industri pengolahan/pertambangan terhadap perekonomian sektoral (terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya) ataupun secara regional dalam artian multiplier effect terhadap kab/kota lain di Malut.

Lanjut dia, hal ini bisa lebih tepat jika didekati dengan pendekan Input-Output (IO) atau Inter Regional Input-Output (IRIO). tapi jika kita amati data aggregatif dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk miskin di Halsel masih lebih rendah (5,21) dari rata-rata Provinsi Malut yang mencapai 6,73, Kabupaten tertinggi masih Haltim (15,45%) dan Halteng (13,566%), demikian pula dari sisi Indeks kedalam maupun Keparahan kemiskinan. Tingkat pengganggura Terbuka (TPT) Halsel 4,40 masih dibawah rata-rata Malut yang mencapai (5,15) data BPS tahun 2021.

Demikian halnya IPM, Halsel sebagaimana kabupaten lain masih berada pada posisi kategori sedang diatas 60. Dengan demikian Klaim Halsel sebagai daerah terpuruk oleh Pak Mukhtar Adam, menurut saya tidak menemukan landasan pijak yang akurat (Prematur).

Ditambahkannya, kedepan yang diperlukan adalah kebijakan-kevijakan ekonomi daerah yang berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat utamanya fokus pada sektor basis (Pertanian/perikanan).

“Pengembangan sentra produksi kecamatan sehingga bisa mendongkrak kesejahteraan petani. NTP yang naik menggambarkan kesejahteraan petani makin meningkat,”pungkasnya.(echa)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *