TERNATE, HR—Pemerintah Kota Ternate melaksanakan kegiatan hari puncak anak nasional di Benteng Fort Oranje, Selasa (2/8/2022). Dimana, dalam kegiatan tersebut ada partisipasi anak putus sekolah.
“Kegiatan memberikan stigma positif kepada anak – anak yang ada di Kota Ternate, bahkan fakta – fakta terkait dengan perlindungan anak. Kemudian kejadian anak anak memakai lem ehabon,” kata Wali Kota Ternate M Tauhid Soleman.
Dikatakannya, peringatan hari anak merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh komponen dalam menjamin hak hidup tumbuh kembang dan partisipasi secara wajar harkat martabat kemanusiaan.
“Hari Anak Nasional di tahun 2022, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia menginginkan pasca pandemi anak – anak mengalami kembali perubahan dalam pola kehidupan, sehingga terjadi beragam persoalan antara lain penyesuaian anak dalam kehidupan masyarakat, belajar dan pemanfaatan waktu luang dengan tetap tidak mengabaikan protokol kesehatan,” ucapnya.
Tauhid berharap, anak dapat memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk menunjukkan kepedulian pada sesama dan tetap bergembira, namun orang tua harus tetap memberikan pendampingan dan motivasi bagi anak yang semangat kreatif dan inovatif agar anak berperan sebagai pelapor.
“Kota Ternate meraih penghargaan KLA kategori Nindya sebagai Kota layak anak, untuk itu menuju utama memang butuh kerja keras semua komponen bersatu padu untuk bertekad agar kota Ternate mendapatkan KLA utama,” bebernya.
Tambhanya, ada dua orang anak yang putus sekolah, satu putus di kelas II SD kemudian satu lagi putus di kelas IV SD, mereka harus kembali bersekolah.
“Pemerintah akomodir serta mengambil langkah pasti agar mereka yang putus sekolah untuk tetap bersekolah,” katanya.
Tauhid juga berjanji, pihaknya akan menyampaikan ke Dinas Pendidikan agar melakukan persiapan, baik kesiapan administrasi, kemudian hal-hal yang menjadi kekurangan, misalnya pakaian sekolah dan atribut sekolah yang lain.
Lanjutnya, anak-anak tidak bisa dibiarkan putus sekolah, apalagi memberikan pekerjaan yang seperti orang dewasa.
“Tugas anak-anak itu hanya sekolah, belajar dan bermain, bukan disuruh kerja,” tegasnya.
Meski begitu, lima anak yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut yakni, Gio, Fikram, Kholil, Dade dan Najril.(nty)