TOBELO, HR — Kembali mengulas kisah-kisah yang terjadi ketika banjir bandang yang menyerang Kelurahan Rua, Kota Ternate, Minggu (25/08). Kali ini kisah datang dari seorang anak perempuan berusia 6 tahun bernama Trizena Lating. Anak dari keluarga Bapak Tjondreng ini harus menjadi salah satu korban luka akibat terseret arus air, lumpur dan membentur bangunan-bangunan yang rubuh.
Kejadian nahas itu tidak terelakan, terutama karena terjadi dini hari sekitar pukul 03.00 WIT. Saat itu Trizena sedang menginap di rumah neneknya. Rumah yang sama yang ditempati Fitrah (anak yatim piatu berusia 13 tahun yang keluarganya meninggal akibat banjir, dan kini dibantu Presiden PT Nusa Halmahera Minerals, Haji Robert Nitiyudo Wachjo). Diketahui ternyata Trizena merupakan sepupu dari Fitrah.
Malam itu Trizena tengah tertidur lelap dalam kondisi hujan deras mengguyur Kota Ternate. Menurut pengakuannya, saat itu tiba-tiba terdengar suara getaran semacam gempa bumi. Trizena terperanjat dari tidurnya. Belum sempat ia mengetahui apa yang terjadi, dalam hitungan detik air dan lumpur menghantam rumahnya. Saat itu Trizena masih melihat neneknya memeluk adik sepupunya yang bernama Ajanna. Namun kemudian air menghanyutkan tubuhnya bersama material, puing-puing bangunan, batang pohon, dan bebatuan besar.
Tubuh mungilnya berusaha mencari batang atau ranting pohon untuk bertahan. Berharap tubuhnya bisa berhenti terbawa arus dan segera menepi. Akhirnya ia berhasil memeluk sebuah batang pohon sambil berteriak, “Papa! Mama! Tolong Ade”. Getar suaranya saat itu berbaur dengan riuh arus yang masih deras. “Ya Allah tolong Ade, Kaaa.. tolong ade!”. Suasana kala itu begitu gelap dan mencekam, rintik air masih menghujani daerah Rua saat itu.
Mukjizat terjadi saat batang pohon yang dipeluknya tersangkut di tumpukan bebatuan. Trizena berhasil menepi dan keluar dari bebatuan tersebut. Trizena kemudian diselamatkan dengan keadaan setengah sadar, berbalut lumpur dan sekujur tubuhnya penuh luka goresan. Kaki Trizena bahkan tak mampu berdiri. Menurut informasi, ia terseret kurang lebih 100 meter dari lokasi rumah, ditemukan di pinggir pantai. Lebih detail ia tersangkut di tanggul breakwater tempat parkir perahu nelayan Kelurahan Rua. Di tengah keadaannya yang tak berdaya itu ia masih merintih menangis dan meneriakan permintaan tolong. Warga sekitar akhirnya melarikan Trizena ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Chasan Boesoirie Ternate.
Kedua orang tua Trizena yang berada di rumah mereka di Kelurahan Jambula (kampung sebelah Kelurahan Rua) bergegas menuju lokasi banjir. Menurut tangkapan mata mereka, saat itu kondisi luar biasa mencekam, gelap dan porak poranda. Rintihan tangis dan jeritan tolong bergema di mana-mana. Ayan dan Ibu Trizena yang kala itu belum mengetahui kondisi puterinya terduduk lemas dan pasrah. Kondisi yang kacau membuat harapan mereka akan keselamatan Trizena sangat tipis. Ia berupaya mencari keberadaan Trizena sembari terus berdoa dan berharap.
Saat hari mulai berangsur terang, ayah Trizena mendapat kabar bahwa anaknya telah ditemukan dalam keadaan selamat dan sedang dalam perawatan di RS Chasan Boesoirie. Atas izin Allah puteri kecilnya bisa selamat dari kejadian maut ini. Namun di sisi lain, mereka mendapat kabar bahwa nenek Trizena, beserta sepupu dan beberapa orang keluarga lainnya (ayah, ibu, adik Fitrah) meninggal dunia. Saat ini Trizena tengah melalui masa-masa pemulihan, terutama akibat kakinya terluka dan kesulitan berjalan. Trizena dan keluarganya akhirnya menerima bantuan sejumlah dana hasil donasi dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Musafirin Gosowong yang berkolaborasi dengan DKM Baitul Ridwan Kantor Pusat NHM Jakarta Utara. Donasi ini diserahkan langsung kepada ia dan keluarga di Kantor Kecamatan Pulau Ternate dan lokasi banjir di Desa Rua, Sabtu (07/09).
Senyumnya merekah saat tim NHM menyerahkan langsung bantuan ini padanya. Doa-doa mengalir dari mulutnya, mengharap semua yang mengirimkan donasi diberi kelancaran rezeki dan senantiasa sehat. “Pak Haji Robert dan NHM, semoga sehat selalu yaa. Semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa,” ucap Trizena bersama orang tua yang mendampinginya.
Bagi orang tua Trizena, puteri kecilnya bisa selamat dari gulungan ombak air dan lumpur merupakan mukjizat yang luar biasa. Apalagi kini mereka mendapat perhatian dan bantuan dari Haji Robert, keluarga besar NHM dan masyarakat Maluku Utara. Yang terpenting bagi mereka kini adalah penyembuhan bagi Trizena, sehingga kaki kecilnya bisa berlari lagi.(man)