MENYAMBUT HARI LAHIR PANCASILA DI TENGAH PERGULATAN POLITIK, PILKADA MALUKU UTARA

  • Whatsapp

( Oleh : Zulham )

MENGHITUNG hari kita akan menyambut hari lahir pancasila yang jatuh pada tanggal 01 juni 2024 yang juga tak terlepas dari suasana tahun politik pemilihan kepala daerah di Maluku Utara, yang tahapannya sudah berjalan sejak 26 Januari sampai dengan 16 Desember 2024 berdasarkan PKPU No 02 Tahun 2024 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.

Dalam menyambut hari lahir Pancasila, kita tak sekedar menjadikan kegiatan seremonial belaka. Karena, selain dari menyambut hari lahir nya pancasila, kita juga di perhadapkan dengan momentum politik pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah yg tentunya memiliki arus pergulatan politik yg hebat.

Mulai dari kita di perlihatkan dengan ramainya para calon yg di apload di sosial media oleh setiap pendukung dan simpatisan, bahkan baliho para calon sudah mulai terpajang pada ruang publik, serta adu argumen di media sosial antar pendukung yg melangit.

Maka untuk itu dengan hari lahir nya pancasila menajadi medium refleksi yg tak sekedar refleksi. Tertapi, kita juga dapat mampu dalam mengatualisasikan nilai historis dan filsofis sebagai kompas dasar agar kita dengan tak mudah terjebak pada gaya poltik yg melahirkan politik identitas agama, ras dan etnis, dalam momentum pilkada Maluku Utara nanti.

Politik indentitas sering kali di halalkan dan diperjualbelikan di saat proses Pemilihan Kepala Daerah tiba untuk menekan peserta pemilih dalam meraut kemenangan politik. Akan tetapi, yang harus kita sadari bahwa praktek politik identitas pada setiap momentum politik justru berdampak pada perpecahan, yang sejak lama tak diinginkan oleh para pendiri bangsa.

Pembelajaran penting dari pendiri bangsa yg patut kita teladani dalam perumusan Pancasila, yakni, Redaksi sila pertama dalam rumusan dasar negara yang disusun oleh panitia sembilan yang lazim disebut sebagai “Piagam Jakarta” akhirnya dianulir karena hanya merepresentasikan agama tertentu, sedangkan sejatinya bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan terdiri atas beragam agama dan keyakinan.

Penghapusan tujuh kata dalam “Piagam Jakarta” dan digantikan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan wujud rasa menghargai keberagaman, mengedepankan persatuan dan kesatuan, serta mengindari perpecahan.

Kedua, poltik indentitas ras dan etnis serta putra daerah itu telah di selsaikan sejak sumpah pemuda 28 Oktober 1928 yg di mana telah di ikrarkan putra dan putri Indonesia bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, yang dapat dimaknai sebagai kompas memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan menghilangkan rasa kedaerahan yang selalu menjadi penghalang rakyat Indonesia untuk bersatu demi kepentingan bangsa dan negara.

Dari sini kita dapat mengetahui dan menyadari bahwa batapa pentingnya dalam mengingat sejarah. Seperti yang di katakan Founding Fathers kita “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan akan sejarahnya”

Semoga dengan hari lahirnya pancasila menjadi medium refleksi terhadap aspek historis dan filsofis yang mampu mengatualisasikan nilai nilai pancasila dalam aktivitas kehidupan politik. Agar kita dapat lebih mementingkan kepentingan persatuan bangsa dari pada kepentingan poltik kelompok yang sering terkontaminasi dengan budaya isyu politik identitas, agama, ras, dan suku.

“SELAMAT HARI LAHIRNYA PANCASILA YANG KE 79”

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.