TERNATE,HR—-, Di antara genangan yang belum sepenuhnya pergi, tenda-tenda darurat berdiri seperti napas terakhir sebuah ketabahan. Di sanalah warga Aceh Tamiang bertahan, menyusun ulang hari-hari mereka setelah banjir merenggut orang-orang tercinta, merenggut rutinitas, rumah, dan rasa aman.
Di ruang-ruang sederhana tenda itu pula, Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tanggap Darurat Bencana Universitas Khairun (Unkhair), hadir membawa sesuatu yang lebih dari sekadar obat dan peralatan medis. Mereka membawa waktu, perhatian, hingga kesediaan untuk mendengar sekaligus menyentuh luka fisik dan batin para korban bencana itu.
Tim kemanusiaan Unkhair ini diterjunkan ke Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, setelah secara resmi dilepas oleh Rektor Unkhair, Prof. Dr. Abdullah W. Jabid, SE., MM, pada Senin (15/12/2025). Tanpa gegap gempita, mereka mengayun langkah sunyi menuju wilayah yang masih kekurangan tenaga kesehatan pascabencana, berbekal empati dan komitmen pengabdian.
Sebanyak 12 relawan lintas profesi tergabung dalam misi ini: tiga dokter umum, lima apoteker, dua co-assistant (co-as), satu dokter konsultan, serta satu mahasiswa pertambangan. Dalam keterbatasan fasilitas, mereka membuka layanan kesehatan di tenda-tenda pengungsian, halaman kantor pemerintahan, hingga ruang terbuka yang disulap menjadi klinik darurat bagi warga terdampak.
Langkah mereka mungkin sunyi, namun jejaknya terasa. Unggahan tentang kegiatan ini menjadi pengingat bahwa tindakan kecil yang dilakukan dengan ketulusan mampu memulihkan layanan kesehatan sekaligus menyalakan kembali harapan di tengah masyarakat yang terluka.
Koordinator Tim PKM Tanggap Darurat Bencana, dr. Wahyunita Do Toka, M.Biomed, saat dihubungi melalui WhatsApp dari lokasi pada Rabu (24/12/2025), menuturkan bahwa pelayanan dilakukan di berbagai ruang: tenda pengungsian, halaman terbuka, hingga sudut-sudut desa yang tersisa.
“Banyak warga datang dengan keluhan kesehatan ringan. Tetapi hampir semuanya membawa cerita kehilangan, kelelahan, dan kecemasan setelah banjir,” tutur dr. Wahyunita.
Untuk menjangkau lebih banyak warga, tim medis dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unkhair dibagi menjadi tiga kelompok layanan. Tim pertama bertugas di Halaman DPRK Aceh Tamiang dan melayani 149 pasien, terdiri dari dr. Ferdian Hidayat, Sp.B-KBD, dr. Aprianti Muhammad, dan Chairul Anam, S.Ked.
Tim kedua bergerak ke Desa Gampong Air Tenang, Kecamatan Karang Baru, melayani 33 pasien, diperkuat oleh apt. Sandrawati, M.Si, apt. Herri Yulimanida, M.Farm.Klin, serta Emardianto Saputra, S.Ked. Tim ketiga melayani 50 pasien di Desa Banai, Kecamatan Karang Baru, ditangani langsung oleh dr. Wahyunita Do Toka bersama dr. Fathul Rizky, M.Kes.
“Pelayanan kami mungkin sederhana, konsultasi rawat jalan dan pemeriksaan dasar. Namun di balik itu, ada kebutuhan besar untuk didengar dan diperhatikan. Bagi kami, itu adalah bagian penting dari proses pemulihan,” kata dr. Wahyunita.
Seluruh layanan kesehatan dilaksanakan pada 23 Desember 2025, pukul 08.30 hingga 18.30 WIB. Namun bagi tim Unkhair, pengabdian ini tak berhenti pada hitungan jam atau jumlah pasien.
Di tengah bencana, kehadiran mereka menjadi penanda bahwa perguruan tinggi bukan hanya pusat ilmu, melainkan pula bagian dari denyut kemanusiaan itu sendiri.
“Kami bekerja tanpa panggung dan sorak-sorai. Tetapi kami percaya, setiap sentuhan kecil yang dilakukan dengan hati akan meninggalkan jejak panjang bagi pemulihan dan harapan masyarakat Aceh Tamiang,” demikian dr. Wahyunita.*






















