TERNATE,HR—Proyek pembangunan talud penahan tebing di belakang Resto D’Cliff di Kelurahan Kalumata, Kota Ternate Selatan, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, menggunakan besi beton ukuran 12 mm dan 10 mm. Proyek tersebut ambruk pada Minggu 10 Juli 2022.
Pekerjaan konstruksi beton menggunakan dana APBD Provinsi Maluku Utara Tahun Anggaran 2021 dengan nilai kontrak Rp 1.275.839.960 ini baru selesai dibangun oleh pihak ketiga atau rekanan yang mengerjakan proyek itu adalah CV Indi Rekacipta Persada. Ini disebut berdasarkan kontrak nomor: 600.640/SP/DPUPUPR-MU-CK/APBD/Fisik/2021.
Padahal pembangunan talud yang mulai dikerjakan pada tanggal 12 Oktober dan berakhir Desember 2021 itu, dengan panjang 32 meter dan tinggi 10 meter. Secara visual, talud yang ambruk ini terdapat di seluruh bagian. Beton bercampur batu angus, pasir, dan semen itu seluruhnya ambruk ke dasar tebing hingga menutupi garis pantai dan laut.
Proyek talud penahan tanah diduga dikerjakan oleh oknum anggota DPRD Malut, juga sudah selesai masa pemeliharaan pada bulan Juni lalu, namun di lokasi proyek masih ditemukan adanya pekerjaan.
Selain itu dari hasil pantauan media ini di lokasi proyek, terlihat beberapa tiang talud yang sudah ambruk pihak rekanan menggunakan besi beton ukuran 10 mm dan 12 mm di setiap tiang penyangga tebing yang ambruk tersebut.
Isman, Warga RT 03 RW 02, Kalumata Pantai, Kecamatan Ternate Selatan menyebutkan, proyek talud yang dikerjakan tepatnya di belakang Resto D’Cliff milik kerabat oknum Anggota DPRD Malut itu.
Warga setempat juga menyebutkan pekerjaan proyek tersebut salah sasaran karena manfaatnya bukan untuk kepentingan masyarakat sekitar, melainkan untuk melindungi salah satu resto dari ancaman longsor.
“Di kawasan Kalumata Patai ini ada rumah warga yang terdampak abrasi karena tidak ada talud, kenapa tidak buat talud di pesisir pantai Kalumata melainkan buat di bawah Caffe,”ucap Isman.
Menurut Syaiful Amin, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Provinsi Maluku Utara ambruknya talud tersebut, pihaknya masih mengumpulkan data soal mutu beton
“Tiga bulan ini intensitas hujan agak tinggi. Sedangkan bangunan kita ini baru 10 meter dilaksanakan dan masih ada 6 meter tersisa (belum dibangun),”kata Syaiful, kepada wartawan, di lokasi pembangunan talud yang ambruk, Senin (11/07/2022).
Ia mengatakan, ketinggian talud ini harusnya sampai puncak sekitar 16 meter dari dasar tebing. Namun untuk pembangunan tersebut hanya sampai pada 10 meter, karena disesuaikan dengan anggaran.
“Untuk pemeliharaan talud sudah selesai dilaksanakan, seharusnya tidak ada lagi pekerjaan di lapangan,”ungkapnya.
Dia mengaku, bahwa pekerjaan ini sebelumnya ada di Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Malut. Namun karena tanggung jawab moril dari program Bidang SDA PUPR maka dirinya ditunjuk oleh Kepala Dinas PUPR Djafar Ismail untuk turun memimpin pemeriksaan talud yang ambruk tersebut.
“Jadi kita turunkan tim teknis ini untuk mengidentifikasi kejadian ini seperti apa. Supaya kita dapat menentukan apakah ini kesalahan rekanan atau siapa, atau force majeure (bencana alam) ataukah karena beton ini belum masak, itu nanti hasil labnya seperti apa,”ujar Syaiful.
Ditambahkannya, hasil uji lab terkait mutu beton pembangunan talud ini akan diperoleh Dinas PUPR dalam lima hari setelah diserahkan pada 11 Juli 2022. Sehingga akan dilakukan analisa terkait penyebab ambruknya talud penahan tebing di kawasan Pantai Kalumata ini.
“Sehingga untuk sementara ini kita (Dinas PUPR Malut) belum bisa mengambil kesimpulan. Nanti setelah sampel beton yang sudah dikirim keluar baru kita sampaikan lagi,” katanya.
Menanggapi keluhan warga Kalumata ini, Syaiful mengaku tidak menahu soal penetapan titik lokasi pembangunan talud. Proyek ini, katanya sudah dilakukan sesuai perencanaan.
“Jadi di perencanaan waktu itu ada banyak, sehingga nanti kita kroscek lagi. Begitu pun dengan penempatan titik lokasi pembangunan talud di wilayah sini,”tutupnya.(red)