OBI,HR – Observasi yang dilakukan oleh tiga lembaga independen, yakni Universitas Indonesia (UI), Perkumpulan Telapak (Telapak), dan Universitas Khairun (Unkhair), menyimpulkan pengelolaan limbah dan sumber daya air oleh Harita Nickel telah memenuhi standar tinggi dan memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat lokal.
Laporan dari ketiga lembaga tersebut secara kolektif menegaskan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan yang dijalankan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Pakar lingkungan dari Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Tri Edhi Budhi Soesilo, menyoroti penerapan teknologi mutakhir dalam pengelolaan limbah perusahaan. Ia mencatat penggunaan metode Dry Stack Tailing Facility (DSTF) yang dianggap sebagai langkah maju, dan konsep Zero Waste Mining yang memungkinkan limbah non-B3 seperti slag nikel diolah kembali.
“Harita Nickel mengintegrasikan efisiensi industri dengan kepedulian lingkungan. Pendekatan ini layak menjadi acuan praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia,” ujar Tri Edhi, Selasa (11/11/2025).
Dalam pengelolaan air, Harita Nickel memastikan keberlanjutan akses air bersih bagi warga, meskipun Mata Air Kawasi berada di luar wilayah operasional. Perusahaan melakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin dan berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan dan penyaluran air bersih untuk masyarakat lokal, mengurangi beban pada debit mata air alami.
Secara teknis, komitmen perlindungan air diperkuat dengan metode DSTF, di mana limbah padat sisa pengolahan (tailing) dikeringkan hingga menjadi seperti kue padat, secara signifikan mengurangi risiko pencemaran air permukaan dan air tanah.
Selain itu, Telapak dalam temuannya menyatakan tidak ada pencemaran dari limbah cair. Tim Observasi Lingkungan Telapak, Dickson Aritonang, memuji upaya perusahaan mereduksi zat berbahaya.
“Harita Nickel menjalankan praktik pertambangan modern dengan pengawasan ketat. Aktivitasnya tak hanya memenuhi regulasi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem,” tulis Dickson dalam laporannya.
Sementara itu, temuan tentang kualitas lingkungan juga diperkuat oleh laporan dari Unkhair. Janib Achmad, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Unkhair, mencatat bahwa kualitas air laut di sekitar Desa Kawasi dan Soligi masih memenuhi baku mutu nasional.
Parameter penting seperti pH, Biological Oxygen Demand (BOD), dan kekeruhan menunjukkan kondisi yang stabil dan mendukung kehidupan biota laut.
“Kualitas air yang sesuai baku mutu serta dukungan ekonomi bagi nelayan menunjukkan pengelolaan tambang yang bertanggung jawab dan inklusif bagi masyarakat pesisir,” ujar Janib.
Kondisi laut yang sehat ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan nelayan. Harita Nickel diketahui telah menjadi pasar tetap bagi hasil tangkapan laut, memberikan kepastian pendapatan dan mengurangi risiko kerugian. Dampak positif ini juga dirasakan oleh sektor pertanian. Kelompok petani di Desa Buton dan Akegula kini rutin memasok lebih dari 27 ton sayur dan buah per tahun ke perusahaan, mengubah pertanian menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan berkat jaminan pembelian dari perusahaan.
Dampak sosial perusahaan juga disoroti oleh Telapak. Tim Observasi Sosial Telapak, M. Djufryhard, mencatat kemunculan tokoh penggerak lokal (local champion) yang menjadi inspirasi pemberdayaan perempuan di Pulau Obi.
“Program sosial Harita Nickel membuktikan bahwa kegiatan tambang dapat menjadi motor pembangunan manusia dan ekonomi lokal, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” kata M. Djufryhard.
Komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan diperkuat dengan keikutsertaannya dalam audit penuh Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), sebuah standar global komprehensif. Selain itu, sebagai bagian dari langkah menuju transisi energi bersih, Harita Nickel kini mempercepat pemasangan panel surya berkapasitas 40 MWp di Pulau Obi, sebuah proyek yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.(***)






















