Pola Asuh Tak Terkontrol, DP3A Sayangkan Belasan Pelajar di Ternate Hisap Lem Ehabond

  • Whatsapp
Kepala DP3A Kota Ternate, Marjorie Amal

TERNATE, HR – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Ternate menyayangkan belasan pelajar dan remaja yang dirazia sedang menghirup lem ehabond di Benteng Orange dan kumpul keboh.

Kepala DP3A Kota Ternate, Marjorie Amal saat dikonfirmasi Selasa (30/12) mengatakan, jika dilihat pola asuh yang tidak terkontrol dari orang tua, sehingga dibuat pendampingan psikologis dan hukum.

Bacaan Lainnya

“Miris, kita ikut sedih. Kejadian ini sudah beberapa kali berulang. Dan upaya sudah kita lakukan, ketika beberapa saat lalu tertangkap Kasatpol PP menghubungi kami dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) sudah turun untuk pendampingan. Pendampingan bersama BNN,” ucapnya.

Menurutnya, tidak bisa anaknya yang disalahkan, karena kalau ditelusuri anaknya tidak dikontrol orang tua masing – masing, walaupun memang mereka banyak berasal dari luar Ternate.

Bahkan, ia juga melakukan pencarian data orang tua anak, karena penanganan kasusnya sangat multi dimensi dan itu ada kaloborasi dengan pusat pembelajaran keluarga (PUSPAGA).

Tak hanya itu, penggunaan lem ehabond dikalangan remaja yang kerap ditemukan tersebut, tentunya oleh semua pihak tidak saling menyalahkan, terutama para korban anak-anak remaja yang usianya masih labil dan masih butuhkan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan titik temunya adalah kaloborasi P2TP2A dengan PUSPAGA.

“P2TP2A bersama dengan BNN mengedukasi anaknya kemudian data dari orang tua di ambil, itu biasanya PUSPAGA langsung mengunjungi rumah orang tua dengan tujuan agar diberikan edukasi cara pola asuh atau peran orang tua terhadap anak,” cetusnya.

Kata Marjorie, orang tua harus membuat pernyataan yang memuat bahwa agar mengontrol aktifitas keseharian anak-anaknya.

Meski begitu, Marjorie menambahkan, walaupun ada petugas yang berjaga di Benteng Orange, tetapi itu tetap ada lokasi lain yang dijadikan para remaja.

“Ada alternatifnya kenapa kita tidak bisa bekerja sama dengan pemerintah atau toko – toko agar jangan menjual lem kepada anak, itu kan, bisa saja mereka menyuruh orang lain untuk beli lem,” terangnya.(nty)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *