TOBELO,HR—-TAK terasa roda waktu berjalan begitu cepat, tak terasa pula sudah memasuki usia 23 tahun beroperasinya kegiatan penambangan emas yang dikelola PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) yang beroperasi di kawasan Teluk Kao yang mulai aktif pada tahun 1998 hingga sekarang.
Hal ini mendapat sorotan baik dari masyarakat, LSM, Ormas serta Akademisi yang konsen terhadap masalah lingkungan di Malut pada khususnya. Salah satunya datang dari Beberapa elemen pecinta lingkungan yang tergabung dalam Forum Bersma (Forbes) diantanya (LSM) Lembaga Pengembangan Pesisir dan Kepulauan (LP2K) Maluku Utara, LSM KALESANG Maluku Utara dan Ormas Pers ASWD Maluku Utara.
Menurut Koordinator Forum Bersama (Forbes) Iwan Hi. Kader, S.Pi., M.Si, dalam pantauan terhadap kegiatan penambangan yang dilakukan tersebut sudah pasti berdampak secara langsung pada aspek sosial-ekonomi masyarakat lingkar tambang maupun dampak dari aspek ekologi dimana terjadinya perubahan lingkungan di sekitar wilayah aktifitas pertambangan tersebut. Sebut saja di era tahun 80-an wilayah pesisir dan laut seputaran teluk kao yang pernah menjadi primadona dan menjadi leading sektor pada keunggulan komoditas Perikanan, kini perlahan mulai hilang karena adanya aktifitas penambangan emas yang berada di sekitar teluk tersebut.
Iwan mengaku, selain sumberdaya perikanan ternyata di wilayah daratannya terkandung potensi sumberdaya non-hayati jenis mineral bahan tambang yang memiliki nilai ekonomi tinggi yaitu emas. Besarnya potensi emas di wilayah tersebut menjadi daya tarik pihak Investor (PT. NHM) maupun masyarakat lokal untuk mengeksploitasi kawasan tersebut. Hal inilah yang menimbulkan dampak pada beberapa sungai yang menyebabkan terjadinya peningkatan sedimentasi dan bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan pesisir yang dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia dan ekosistem sekitar terutama melewati aliran sungai dan bermuara di perairan laut serta wilayah pesisirnya.
Dari beberapa data Bioekologi pada beberapa tahun terakhir dengan melihat kondisi kualitas perairan sungai dan laut dengan menggunakan beberapa indikator seperti Makrobenthos, beberapa jenis ikan dan jenis udang di beberapa titik terindikasi berada pada kondisi yang mulai menunjukkan pada level penurunan kualitas perairan, yang berarti bahwa komunitas organisme yang menjadi indikator untuk mengukur kesehatan lingkungan di beberapa aliran sungai, laut dan pesisir tersebut berada dalam kondisi tertekan.
Berdasarkan fakta tersebut, maka kondisi kualitas perairan di aliran sungai dan laut tersebut harus segera ditangani dan dikendalikan agar kondisi lingkungannya diminimalisir sehingga dapat mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme yang hidup di dalamnya, serta untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem perairan disekitarnya. Perlu untuk secara bersama agar meninjau kembali terutama untuk kondisi sedimentasi, kualitas air sungai, dan air laut di perairan Teluk Kao jika tidak diantisipasi maka akan mengalami kondisi yang membahayakan terutama masyarakat sekitar yang mempunyai kebutuhan secara langsung pada aliran sungai disekitar area tambang dan kawasan pesisir teluk kao.
Sementara untuk aksi sosial (CSR) yang dilakukan oleh pihak PT. NHM akhir-akhir ini memang patut diberi jempol karena ada peningkatan dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang.
Untuk itu Forum Bersama yang terdiri dari LSM LP2K Malut, LSM KALESANG Malut dan Ormas ASWD Malut berharap selain aksi sosial dalam memulihkan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang tersebut perusahaan PT. NHM juga diharapkan lebih memperhatikan lagi sistem pengelolaan lingkungan lebih khusus bioekologi lingkungan perairan sehingga aspek sosial, ekonomi dan ekologi berjalan dengan seimbang. Dengan harapan agar bisa dicarikan solusi agar pengelolaan kondisi kualitas perairan sungai, perairan laut dan pesisir di Teluk Kao dapat diminimalisir.
“Sebab jika kondisi ini dibiarkan maka akan merugikan masyarakat pada umumnya serta sumberdaya ekosistem pesisir dan laut akan hilang seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara langsung.
Salah satu yang terlihat yaitu sudah mulai hilangnya ikan teri dan udang di Teluk Kao hal ini sangat erat kaitannya dengan adanya aktivitas penambangan emas yang sudah berjalan (2 Dekade) kurang lebih 23 tahun lamanya. Selain itu dibagian daratan melalui aliran dari beberapa sungai yang ada di sekitar areal aktifitas penambangan terlihat bahwa indikasi pencemaran mulai terjadi dibeberapa aliran sungai tersebut.
“Ini perlu di informasikan jika ada hasil riset yang dilakukan sehingga masyarakat pada umumnya dapat mengetahui perkembangan kondisi lingkungan seperti apa, karena data secara Ilmiah-lah yang bisa menjawab kondisi tersebut,”ujarnya.
Iwan menambahkan, dalam waktu dekat mereka akan berkoordinasi ke pihak NHM untuk audensi (koordinasi) dalam rangka bersama-sama untuk mendapatkan informasi terkait kondisi terkini baik kondisi sosial masyarakat maupun kondisi kualitas air sungai yang bermuara ke laut teluk kao tersebut.
“Dari hasil koordinasi tersebut kami akan mensosialisasikan ke masyarakat sesuai dengan kondisi terkini,”pungkasnya.(asfa)