Unkhair Wisuda 856 Mahasiswa, Pesan Rektor Jadilah Sarjana Rendah Hati

  • Whatsapp
Suasana wisuda mahasiswa Unkhair di Aula Banau Kampus I Akehuda Kecamatan Kota Ternate Utara, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (20/4/2024).

TERNATE,HR-Sebanyak 856 mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) Ternate mengikuti wisuda  di Aula Banau Kampus I Akehuda Kecamatan Kota Ternate Utara, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (20/4/2024).

Rektor Unkhair, Dr. M. Ridha Ajam, M. Hum, dalam sambutannya, mengatakan selain prosesi seremoni lulusan Diploma, Sarjana dan Magister, langkah awal melewati prosesi inagurasi, guna mengantisipasi dinamika perubahan politik, sosial, ekonomi, khususnya perkembangan ilmu opengetahuan, maupun teknologi.

Sebanyak 856 lulusan, dari 8 Fakultas dan 1 Program Pascasarjana, yakni Fakultas Hukum (FH) lulusan sebanyak 60 orang, Ekonomi dan Bisnis (FEB) 194, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 188, Fakultas Pertanian (Faperta) sebanyak 81, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) 59 orang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) 55 orang, Fakultas Teknik (FATEK) 141, Fakultas Kedokteran (FK) 30, serta Pascasarjana 48 orang.

Jumlah 158 orang dinyatakan lulus Predikat Pujian, 2 diantanya mahasiswa lulusan terbaik, yakni dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran (FK), Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00 dengan lama studi 3,4 tahun, Sonia Buyung. Selanjutnya, terbaik dari Pascasarjana Prodi Magister Ilmu Kelautan, IPK Sempurna 4,00, lama studi 1,4 tahun, Dadang Saifullah.

Rektor, juga menyampaikan selamat dan sukses kepada seluruh wisudawan/wisudawati,  semoga menjadi kebanggaan keluaraga yang telah berjuang, mendedikasikan sebagian hidup demi kesuksesan semua, semoga bermanfaat untuk bangsa, negara, agama, dan masyarakat umumnya.

Keberhasilan mahasiswa, menurutnya tak lepas dari andil sumber daya manusia (SDM) di Unkhair, khususnya dosen kualifikasi, dan keahlian di bidangnya, kini dosen Unkhair, telah berjumlah 720 orang. Jumlah ini, proporsi dosen doktoral terus mengalami peningkatan sekitar 40 persen.

Naiknya kualifikasi dosen sesuai tuntutan Unkhair, sebagai Perguruan Tinggi (PT) Badan Layanan Umum (BLU) meminimalkan mahasiswa mencapai 18.000, kini memasuki lebih dari 16.500 mahasiswa.

Sebagai PT, maka kualitas dan kuantitas dosen terus di tingkatkan, jumlah proposi dosen doktor bertambah setelah beberapa dosen berhasil menyelesaikan pendidikan,  diantarnya Dr. Hasbullah, STP., M.Sc, dari Fakultas Pertanian, Dr. Nebuchadhadnezzar Akbar, SPI., M. Si dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Dr. Nurhasanah, S.Si., M.Sc dari Fakultas Keguruan, dan Ilmu Pendidikan, Dr. Irmalita Tahir, SPI., M.Si dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKIP) dan Dr. Umi Barjyiah, S.Pd., MA dari Fkultas Ilmu.

Lebih lanjut, dosen doktoral mencapai 2010 orang, dan Unkhair, mengoleksi 11 Guru Besar di bidangnya, sehingga menambah kredibilatas pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Unkhair.

Meski demikian, Rektor mengaku terus medorong para dosen, untuk memiliki jabatan fusngsional Lektor Kepala ke jenjang profesor, guna peningkatan kualitas portofolio SDM menghadapi persaingan global, dan internasional.

Di sisi lain, Unkhair, hingga 2023 membangun relasi dengan berbagai pihak, 38 kerjasama baik PT, pemerintah daerah, pusat, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan industri lainnya, sehingga diharapkankerjasama ini dapat meningkatkan dari segi jumlah, maupun kualitas, sehingga kolaborasi, pendampingan, pembantuan, maupun kerja sosial turut meningkatkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Rektor, berharap wisudawan/wati menjadi sarjana yang rendah hati, terus belajar, dan miliki integritas diri yang tinggi. Insya Allah, jadi penyejuk hati bagi orangtua, membanggakan almumater, dan segera menciptakan pekerjaan yang layak sesuai keahlian masing-masing.

Sementara dosen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unkhair, Dr. Drs Jusan Yusuf, M.Si, dalam Orasi Ilmiah, mengatakan degradasi lingkungan disebabkan kegiatan pertambangan nikel, misalnya dapat dilacak ke berbagai sumber data, baik secara nasional, maupun di Maluku Utara.

“Daya rusak lingkungan industri nikel dapat dilacak dari besarnya area hutan yang diambil alih oleh pertambangan nikel yang menyebabkan meningkatnya deforestasi, serta ancaman pencemaran air baik sungai, danau hingga pesisir yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat adat dan komunitas lokal,” ungkapnya.

Menurutnya, pertambanga nikel merupakan salah satu komoditas lokal yang mengambil alih lahan hutan secara masif di Indonesia, selain batubara dan emas.

Jusan yang juga sebagai Dosen Antropologi Sosial, itu menambahkan jika diringkas  maka ada paradoks antara kebutuhan jangka pendek yang harus di damaikan dengan kebutuhan jangka panjang.

“Kebutuhan terhadap efisien mikro individual aktor harus diperhitungkan diatas collective gain makro sistem. Kebutuhan untuk menjangkau keuntungan maksimal dan keharusan meminimalisasi resiko,” katanya.

Selanjutnya, disinilah fungsi politik ekologi mencari jalan keluar yang bisa mendamaikan paradoks yang ada. Di satu sisi, menjadi instrumen kelembagaan yang mendamaikan paradoks, tetapi di lain sisi, politik ekologi harus memiliki kemampuan menghukum.

“Sayangnya hal ini tidak dimiliki oleh politik di Indonesia sebagai sebuah sistem. Politik Indonesia gagal menghukum mereka yang kuat. Pencemaran air sungai dari kegiatan penambangan oleh korporasi multinasional di Maluku Utara adalah kisah pilu yang menuturkan tentang ketidakberdayaan politik dalam membangun sistem kepatuhan berdasarkan mekanisme punishment,”

Lebih tragis lagi, argumen-argumen pembenaran kerap menghiasi media-media pemerintahan bahwa kegiatan eksploitasi oleh korporasi-korporasi multinasional belum mengindikasikan terjadinya degradasi  lingkungan.

“Inilah paradoks-paradoks ekologi dan ekonomi dalam politik Indonesia,” tutupnya. (tim humas) 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.