Politik Toksik

  • Whatsapp
Ikram Halil, Mantan Ketua KNPI Kota Tidore Kepulauan

Catatan Ikram Halil Mantan Ketua KNPI Kota Tidore

PERNYATAAN yang terekam dalam video dan beredar luas di media sosial, oleh seorang warga yang mengaku sebagai orang Loloda, belakangan ini viral dan mengundang rasa prihatin banyak kalanagan. Apalagi, pria yang belakangan diketahui namanya Farid Alhasanah itu, mengatakan tidak akan memilih Tauhid Soleman sebagai Wali Kota, dan lebih baik anjing, mencemaskan tidak hanya ketidakpuasan terhadap seorang kandidat politik, tetapi juga memperlihatkan perilaku yang tidak manusiawi dan tidak pantas dalam ranah politik.

Penting diingat, setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya dan mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap seorang kandidat dalam sebuah pemilihan umum. Namun, cara dan konteks dalam menyampaikan pendapat juga sangat penting untuk dipertimbangkan. Pernyataan yang merendahkan seseorang dengan membandingkannya dengan hewan, tidak hanya tidak etis, tetapi juga menciptakan lingkungan politik yang toksik dan memecah belah masyarakat.

Video yang beredar luas di media sosial, memiliki potensi untuk menyebarkan pesan yang merugikan dan merusak citra kandidat, serta memicu polarisasi di kalangan masyarakat. Ini dapat mengganggu proses demokrasi yang seharusnya didasarkan pada diskusi yang sehat, informasi yang akurat, dan pengambilan keputusan yang rasional. Ini juga mencerminkan ketidaktoleranan dan ketidaksukaan yang mendalam terhadap seseorang hanya berdasarkan perbedaan politik. Ini bentuk contoh nyata bagaimana kebencian dan ketidakpahaman dapat memicu perilaku yang tidak manusiawi.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat menjaga kedewasaan politik dan mengutamakan dialog yang membangun. Kritik terhadap seorang kandidat haruslah didasarkan pada argumen yang rasional dan informasi yang akurat, bukan pada serangan pribadi yang tidak bermoral.

Penting untuk mengingat bahwa sikap dan perilaku kita dalam ranah politik tidak hanya mencerminkan siapa kita sebagai individu, tetapi juga sebagai masyarakat yang demokratis dan beradab. Hanya dengan menghormati perbedaan pendapat, menghargai martabat manusia, dan berkomitmen untuk membangun lingkungan politik yang inklusif, kita dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan membangun masyarakat yang harmonis. Menggunakan bahasa yang merendahkan dan menyandingkan seseorang dengan hewan jelas melewati batas norma sosial yang berlaku.

Selain itu, Tauhid Soleman, sebagai seorang pemimpin, adalah representasi dari kepentingan dan aspirasi masyarakat yang dipimpinnya. Oleh karena itu, kritik terhadap kebijakan atau tindakan yang diambilnya sangatlah wajar dalam sebuah demokrasi. Namun, kritik seharusnya berfokus pada substansi dan tidak mengarah kepada penghinaan personal yang tidak beradab.

Penting untuk ditegaskan bahwa intoleransi dan diskriminasi tidak memiliki tempat dalam ruang publik.

Karena itu pihak berwenang dapat melakukan sosialisasi tentang pentingnya berdialog secara damai dan menghormati perbedaan pendapat. Selain itu, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam pembangunan kesadaran akan pentingnya sikap toleransi dan menghargai martabat manusia. Ini mengingatkan kita akan pentingnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan dialog dalam menjaga keharmonisan dan kemajuan bersama.

Apalagi saat ini masih dalam momen Idul Fitri, yang seharusnya menjadi waktu untuk saling bermaafan dan menyatukan kembali tali persaudaraan. Di mana waktu tersebut dianggap suci dan penuh toleransi, sehingga sikap ini menegaskan preferensi politik dengan cara yang tidak sensitif yang dapat mengganggu nilai-nilai sosial yang diyakini oleh masyarakat. Farid seolah mengabaikan pentingnya menjaga kebersamaan dan rasa persaudaraan dalam konteks kehidupan berpolitik.

Selain itu, konten dari pernyataan tersebut kecenderungan demi menarik perhatian atau menciptakan polarisasi. Mengaitkan preferensi politik dengan gambaran ekstrem seperti memilih anjing sebagai lawan bahkan jika itu adalah figur yang dihormati dalam politik, menimbulkan kekhawatiran akan keputusan politik yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang kurang rasional dan lebih emosional. Lebih menyedihkan lagi, pernyataan ini diungkapkan di rumah salah satu kandidat Wali Kota yang didukung.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.