TOBELO,HR–Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Drs. Erasmus J. Papilaya, MTP, menyambut langsung kedatangan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif dari Universitas Khairun (Unkhair), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Halmahera (Uniera).
Penyambutan berlangsung di ruang kerjanya itu menjadi penanda resmi dimulainya program pengabdian lintas kampus di lima desa wilayah Halmahera Utara.
“Ini merupakan wujud sinergi konkret antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam mempercepat kemajuan desa. Kehadiran pendamping langsung dari Unkhair memperlihatkan komitmen institusi dalam mendampingi mahasiswa selama KKN,” ujar Erasmus.
Program KKN kolaboratif ini melibatkan 18 mahasiswa dan satu dosen pembimbing lapangan dari Unkhair, serta mahasiswa dari UGM dan Uniera. Mereka akan diterjunkan ke lima desa, yakni Gamhoku, Pale, MKCM, Tanjung Niara, dan Pulau Kumo.
Bahdir Kadir, SE, Ahli Madya dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unkhair, turut mendampingi mahasiswa secara langsung ke lokasi pengabdian. Kehadirannya menjadi bentuk dukungan institusi sekaligus untuk memastikan seluruh program berjalan efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ketua P2KM LPPM Unkhair, Dr. Kadri Daud, ST, MT, menjelaskan bahwa tahun ini mahasiswa membawa misi digitalisasi desa sebagai strategi penguatan layanan publik dan promosi potensi lokal.
“Kami mendorong pendekatan partisipatif agar teknologi yang dihadirkan benar-benar menjawab kebutuhan warga,” ujarnya.
Dr. Kadri menambahkan, program pengabdian ini akan berlangsung selama enam pekan dan ditutup dengan laporan serta rekomendasi berkelanjutan bagi desa mitra.
“Pemerintah daerah berharap kolaborasi ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga menjadi model integrasi pengetahuan akademik dengan praktik pembangunan di desa,” kata Kadri.
Ketua kelompok mahasiswa, Muhammad Adit R. Biga, mengatakan bahwa digitalisasi desa akan diwujudkan melalui pembuatan website. Tujuannya adalah membuka akses informasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat sektor wisata lokal.
“Kami ingin desa menjadi subjek pembangunan, bukan hanya objek program,” tutur Adit.
Selain digitalisasi, program KKN kolaboratif ini juga mencakup bidang pertanian, kesehatan masyarakat, seni budaya, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan kelompok rentan. Seluruh kegiatan dirancang secara inklusif dengan melibatkan tokoh masyarakat, perangkat desa, pemuda, dan perempuan.
Kesempatan itu, Bahdir Kadir menegaskan bahwa peran pendamping bukan hanya administratif, tetapi juga sebagai fasilitator komunikasi antar-pihak.
“Kami ingin memastikan mahasiswa bekerja selaras dengan kebutuhan masyarakat dan agenda pembangunan desa,” katanya.(red)